Pendidik di lembaga pendidikan persekolahan disebut
dengan guru, yang meliputi guru madrasah atau sekolah sejak dari taman
kanak-kanak, sekolah menengah, dan sampai dosen-dosen di perguruan tinggi,
kiyai di pondok pesantren, dan lain sebagainya.[7]
Dengan kata lain, guru merupakan sebagai “naibul walidaini”. Dalam arti,
guru sebagai fasilitator pendidikan dalam proses mentransformasikan sebuah
keilmuan, kecakapan kepada peserta didiknya yang telah diamanatkan orang tua
kepadanya. Melalui proses pendidikan dan pengajaran, ada tujuan yang ingin
dicapai.[8]
Tujuan tersebut menjadi landasan seorang guru untuk mendidik dan mengarahkannya pada kecakapan-kecakapan
yang diperlukan.
Telah
disebutkan di pengertian atas bahwasannya dari segi etimologi banyak kita
jumpai istilah yang berdekatan dengan esensi arti dari pendidik tersebut
Seperti “Murobbi”, “Mu’allim”, “Mua’addib”, ”mudarris”, “ustadz”, dan
“mursyid”. Kata atau istilah “murabbi" misalnya, sering dijumpai dalam kalimat yang
orientasinya lebih mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani atau
rohani. Pemeliharaan
seperti ini terlihat dalam proses orang tua membesarkan anaknya.[9] Sedangkan
untuk istilah "mu'allim", pada umumnya dipakai dalam
membicarakan aktivitas yang lebih terfokus pada pemberian atau pemindahan ilmu
pengetahuan dari seorang yang tahu kepada seorang yang tidak tahu. Adapun
istilah "muaddib, menurut al-Attas. lebih luas dari istilah 'mu
allim” dan lebih relevan dengan konsep pendidikan Islam.[10] Sedangakan ”mudarris”, “ustadz”,berarti guru. Istilah guru sebagaimana dijelaskan
oleh Hadari Nawawi adalah orang yang
kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah/kelas.[11]
C. Paradigma Tentang Guru
Dalam Perspektif Islam Beserta Implikasinya Pada Proses Pendidikan Islam
- Kedudukan Guru dalam Islam
Salah satu
hal yang amat menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan Islam yang sangat
tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan
guru setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul.[12]
Karena guru selalu terkait dengan ilmu (pengetahuan) sedangkan Islam amat
menghargai pengetahuan. Tidak hanya itu saja, seorang guru juga harus mempunyai
sifat-sifat yang menitik beratkan pada implementasi kebaikan. Sehingga, seorang
guru sangat dipandang mempunyai strata di bawah kedudukan nabi dan rasul.
Hal ini
dijelaskan Allah dan Rasulnya
11. Hai
orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah
dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Mujadilah 11).
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْأَنَ
وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik
kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan Mengajarkannya”.
Firman
Allah dan sabda Rasul tersebut menggambarkan tingginya kedudukan orang yang
mempunyai ilmu Pengetahuan (pendidik).[13]
Hal ini beralasan bahwa dengan pengetahuan dapat mengantarkan manusia untuk
selalu berpikir dan menganalisa hakikat semua fenomena yang ada pada alam.
sehingga mampu membawa manusia semakin dekat dengan Allah.
- Professionalisme Karakter Guru
Secara
etimologi, karakter berarti tabiat/pembawaan. dalam proses pendidikan,
integritas karakter seorang guru harus terbangun demi professionalisme dalam
mendidik. Dalam hubungan ini disepakati adanya tiga kriteria suatu pekerjaan profesional. Ketiga kriteria
itu adalah sebagai berikut:
- Setiap profesi dikembangkan untuk memberikan layanan tertentu kepada masyarakat.
- Profesi bukan sekedar mata pencaharian, tetapi juga tercakup pengertian "pengabdian kepada sesuatu".
- Mempunyai kewajiban untuk menyempurnakan prosedur kerja yang mendasari pengabdiannya secara terus-menerus dan tidak mandek.[14]
Jadi, dalam
konteks ini, profesionalisme guru mencakup 3 ciri aspek, yaitu: guru mengandung
unsur pengabdian dengan memberikan layanan kepada masyarakat. Profesinya
tersebut bukan sekedar sebagai mata pencaharian. Dan lebih penting dari itu,
dalam guru tersebut harus mempunyai suatu pengembangan secara terus menerus
dimaksudkan agar tidak ada stagnasi dalam proses pendidikan itu sendiri.
- Tugas Guru Dalam Proses Pendidikan Islam
Pada
dasarnya, Islam adalah agama amal atau kerja (praksis). Inti ajaranNya adalah
bahwa hamba mendekati dan memperoleh ridha Allah melalui kerja atau amal saleh
dan dengan memurnikan sikap penyembahan hanya kepadaNya.[15]
Hal ini mengandung makna bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan. Salah satu
implementasinya adalah melaksanakan tugas kodrat yang diemban oleh seorang
guru.
Dalam hal
ini S. Nasution menjadikan tugas guru menjadi tiga bagian berikut:
1.
sebagai orang yang mengkomunikasikan pengetahuan. Dengan tugasnya ini maka
guru harus memiliki pengetahaun yang mendalam tentang bahan yang akan
diajarkan. Sebagai tindak lanjutnya dari tugas ini maka seorang guru tidak boleh
berhenti belajar, kerena pengetahuan yang akan diberikan kepada anak didiknya
terlebih dahulu harus dia pelajari.
2.
guru sebagai model yaitu dalam bidang studi yang diajarkannya merupakan
sesuatu yang berguna dan dipraktekkan dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga
guru menjadi model atau contoh nyata dari yang dikehendaki oleh mata pelajaran
tersebut,
3.
guru yang menjadi model sebagai pribadi, ia berdisiplin, cermat berfikir,
mencintai pelajarannya, atau yang menghidupkan idealisme dan luas dalam pandangannya
(wacananya).[16]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar