.quickedit { display:none; }

Rabu, 04 September 2013

GURU PROFESIONAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Pendidik di lembaga pendidikan persekolahan disebut dengan guru, yang meliputi guru madrasah atau sekolah sejak dari taman kanak-kanak, sekolah menengah, dan sampai dosen-dosen di perguruan tinggi, kiyai di pondok pesantren, dan lain sebagainya.[7] Dengan kata lain, guru merupakan sebagai “naibul walidaini”. Dalam arti, guru sebagai fasilitator pendidikan dalam proses mentransformasikan sebuah keilmuan, kecakapan kepada peserta didiknya yang telah diamanatkan orang tua kepadanya. Melalui proses pendidikan dan pengajaran, ada tujuan yang ingin dicapai.[8] Tujuan tersebut menjadi landasan seorang guru untuk mendidik dan mengarahkannya pada kecakapan-kecakapan yang diperlukan.
Telah disebutkan di pengertian atas bahwasannya dari segi etimologi banyak kita jumpai istilah yang berdekatan dengan esensi arti dari pendidik tersebut Seperti “Murobbi”, “Mu’allim”, “Mua’addib”, ”mudarris”, “ustadz”, dan “mursyid”. Kata atau istilah “murabbi" misalnya, sering dijumpai dalam kalimat yang orientasinya lebih mengarah pada pemeliharaan, baik yang bersifat jasmani atau rohani. Pemeliharaan seperti ini terlihat dalam proses orang tua membesarkan anaknya.[9] Sedangkan untuk istilah "mu'allim", pada umumnya dipakai dalam membicarakan aktivitas yang lebih terfokus pada pemberian atau pemindahan ilmu pengetahuan dari seorang yang tahu kepada seorang yang tidak tahu. Adapun istilah "muaddib, menurut al-Attas. lebih luas dari istilah 'mu allim” dan lebih relevan dengan konsep pendidikan Islam.[10] Sedangakan  ”mudarris”, “ustadz”,berarti guru. Istilah guru sebagaimana dijelaskan oleh Hadari Nawawi adalah orang yang kerjanya mengajar atau memberikan pelajaran di sekolah/kelas.[11]
C.    Paradigma Tentang Guru Dalam Perspektif Islam Beserta Implikasinya Pada Proses Pendidikan Islam
  1. Kedudukan Guru dalam Islam
Salah satu hal yang amat menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan Nabi dan Rasul.[12] Karena guru selalu terkait dengan ilmu (penge­tahuan) sedangkan Islam amat menghargai pengetahuan. Tidak hanya itu saja, seorang guru juga harus mempunyai sifat-sifat yang menitik beratkan pada implementasi kebaikan. Sehingga, seorang guru sangat dipandang mempunyai strata di bawah kedudukan nabi dan rasul.
Hal ini dijelaskan Allah dan Rasulnya
11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Mujadilah 11). 
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْأَنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan Mengajarkannya”.
Firman Allah dan sabda Rasul tersebut menggambarkan tingginya kedudukan orang yang mempunyai ilmu Pengetahuan (pendidik).[13] Hal ini beralasan bahwa dengan pengetahuan dapat mengantarkan manusia untuk selalu berpikir dan menganalisa hakikat semua fenomena yang ada pada alam. sehingga mampu membawa manusia semakin dekat dengan Allah.
  1. Professionalisme Karakter Guru
Secara etimologi, karakter berarti tabiat/pembawaan. dalam proses pendidikan, integritas karakter seorang guru harus terbangun demi professionalisme dalam mendidik. Dalam hubungan ini disepakati adanya tiga kriteria  suatu pekerjaan profesional. Ketiga kriteria itu adalah sebagai berikut:
    1. Setiap profesi dikem­bangkan untuk memberikan layanan tertentu kepada masyarakat.
    2. Profesi bukan sekedar mata pencaharian, tetapi juga tercakup pengertian "pengabdian kepada sesuatu".
    3. Mempunyai ke­wajiban untuk menyempurnakan prosedur kerja yang mendasari pengabdiannya secara terus-menerus dan tidak mandek.[14]
Jadi, dalam konteks ini, profesionalisme guru mencakup 3 ciri aspek, yaitu: guru mengandung unsur pengabdian dengan memberikan layanan kepada masyarakat. Profesinya tersebut bukan sekedar sebagai mata pencaharian. Dan lebih penting dari itu, dalam guru tersebut harus mempunyai suatu pengembangan secara terus menerus dimaksudkan agar tidak ada stagnasi dalam proses pendidikan itu sendiri.
  1. Tugas Guru Dalam Proses Pendidikan Islam
Pada dasarnya, Islam adalah agama amal atau kerja (praksis). Inti ajaranNya adalah bahwa hamba mendekati dan memperoleh ridha Allah melalui kerja atau amal saleh dan dengan memurnikan sikap penyembahan hanya kepadaNya.[15] Hal ini mengandung makna bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan. Salah satu implementasinya adalah melaksanakan tugas kodrat yang diemban oleh seorang guru.
Dalam hal ini S. Nasution menjadikan tugas guru menjadi tiga bagian berikut:
1.          sebagai orang yang mengkomunikasikan pengetahuan. Dengan tugasnya ini maka guru harus memiliki pengetahaun yang mendalam tentang bahan yang akan diajarkan. Sebagai tindak lanjutnya dari tugas ini maka seorang guru tidak boleh berhenti belajar, kerena pengetahuan yang akan dibe­rikan kepada anak didiknya terlebih dahulu harus dia pelajari.
2.          guru sebagai model yaitu dalam bidang studi yang diajarkan­nya merupakan sesuatu yang berguna dan dipraktekkan dalam kehidupannya sehari-hari, sehingga guru menjadi model atau contoh nyata dari yang dikehendaki oleh mata pelajaran tersebut,
3.          guru yang menjadi model sebagai pribadi, ia berdisiplin, cermat berfikir, mencintai pelajarannya, atau yang menghidupkan idealisme dan luas dalam pandangannya (wacananya).[16]

Tidak ada komentar: